Welcome to http://jadimanhutapea.blogspot.com

Laman

Nilai Budaya Batak Toba

Kebudayaan adalah segenap perwujutan dan keseluruhan hasil pemikiran (logika), perasaan (estetika) dan kemauan (etika) sebagai buah usaha budi dalam mengelola cipta, rasa dan karsa untuk mewujudkan karya budaya dan interaksi budaya sipiritual dan produk budaya yang bersifat material. Menurut para ahli bahwa setiap kebudayaan itu pada umumnya paling sedikit terdiri dari tiga wujud yaitu : pertama wujud kebudayaan suatu himpunan gagasan gagasan yang sering disebut kompleks gagasan .kedua, wujud sebagai jumlah perilaku yang berpola yang di sebut kompleks aktifitas. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai kumpulan benda dan arti paks yang disebut karya budaya.

Patung Sigale gale wujud karya budaya Batak Toba

Wujud Kebudayaan sebagai kompleks gagasan

Merupakan konsep pemikiran manusia. Sebagai kompleks gagasan, kebudayaan adalah bersifat abstraks tidak dapat dilihat, didengar atau diraba. Wujud ini disebut sistem budaya. Sistem budaya adalah rangkaian proses gagasan atau rangkaian proses pandangan yang paling berharga dan bernilai dalam hidup manusia.

Gagasan itu mencakup bagaimana pandangan manusia mengenai alam, terhadap sesama manusia, tentang pengetahuan dan pekerjaan, tentang ketuhanan, pandangan manusia tentang ‘waktu’. Berkat nilai budaya itulah maka manusia berbuat untuk kehidupannya, baik dalam hubungan ketuhanan, kemanusiaan maupun untuk berkarya.

Wujud kebudayaan sebagai Kompleks Aktifitas

Adalah interaksi manusia yang timbul berkat nilai budaya yang dihayatinya untuk menghadapi lingkungannya, yaitu wujud nilai budaya yang timbul dalam bentuk sosial. Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan manusia dengan alam,sesama manusia, mendorong aktifitas untuk berkarya guna kebutuhan sosialnya.

Termasuk didalamnya sistem kekerabatan, panggilan kekerabatan dan sopan santun kekerabatan akan dapat diketahui dari sistem sosialnya. Jadi nilai budaya, sistem sosial dan karya budaya suatu suku bangsa adalah merupakan satu kesatuan.

Aksesories di galery souvenir TB Silalahi Center Balige
menjadi salah satu item budaya Batak Toba


Wujud kebudayaan sebagai kumpulan benda.

Disebut aset budaya yag tumbuh dari kompleks aktifitas demi kebutuhan sosial, baik kebutuhan spiritual mendorong manusia untuk berkarya atau berbuat. Hasil kerja demikian disebut karya budaya, berwujud konkrit dan nyata disebut dengan istilah phisical culture. Karya budaya itu tumbuh dari sistem sosial.

Para ahli telah sependapat bahwa unsur kebudayaan materi itu adalah kebutuhan sosial antara lain tentang sistem masyarakat, bahasa, sistem ekonomu, pengetahuan, kesenian dan religi. Maksudnya adalah bahwa seseorang akan berbuat demi kemasyrakatan, berkomunikasi dengan bahasa, meningkatkan ilmu demi kesejahteraan, teknologi demi memajukan teknologi bermoral demi kebutuhan spiritual.

DALIHAN NATOLU - NILAI BUDAYA - SUKU BATAK

Dalihan artinya tungku yang dibuat dari batu. Na artinya yang, tolu artinya tiga. Jadi arti dalihan natolu adalah tiga tiang tungku. Ketiga dalihan/tungku yang ditanam berdekatan berfungsi sebagai tungku tempat alat masak yang dijerangkan. Besar dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama lain, dan tingginya harus sama dan harmonis.

Dalihan natolu bukan sekedar tungku nan tiga prasarana memasak, tetapi menyangkut seluruh kehidupan yang bersumber dari dapur. Istilah dalihan bagi sub sub Suku Batak tidak sama tapi prinsipnya adalah sama. Misal Batak Karo dan Batak Pakpak Dairi adalah daliken, sedang batak Toba, Batak Simalungun dan Angkola Padang Lawas, Sipirok-Mandailing istilahnya adalahdalihan.

Masing masing dalihan berdiri sendiri dan ditata agar tetap harmonis. Demikianlah keadaan kekerabatan Suku Batak dan pandangan hidup nya, bahwa suhut, hula hula dan boru masing masing mempunyai pribadi dan harga diri tahu akan hak dan kewajiban sebagai pelaksana tanggung jawab. Peranan marga dalam menentukan tempat dan kedudukan sangat penting dalam pertalian Dalihan Natolu. Pertalian apa yang ada antara seseorang dengan pusat kejadian.

Orang mengambil satu rumusan hikmat hubungan

  • Hendaknya setiap hula hula elek marboru maksudnya agar hula hula selalu menjaga sikap membujuk sayang terhadap boru, karena borulah sebagian dari penanggung jawab kegiatan. Walaupun boru itu selalu dibujuk sayang oleh hula hula, bukan berarti supaya boru itu manja.
  • Sebab itu setiap boru dalam hikmat nya harus somba marhula hula, maksudnya adalah agar setiap boru hendaklah bersikap sembah atau hormat kepada hula hula.
  • Sedang pusat kejadian yaitu suhut dengan kawan semarga nya disebut sabutuha hendaklah bersikap manat mardongan tubu , maksudnya agar sesama marga hendaklah bersikap prihatin dan hati hati.

Demikian hubungan hikmat ini dengan keadaan agar segala sesuatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan sempurna. Hikmat kewajiban seperti inilah yang perlu di tata agar harmonis dalam kekerabatan, sebagai mana tiang tungku tiga yang diletakkan harmonis satu sama yang lain.

Ketiga unsur yang berdiri sendiri tidak akan ada arti, tetapi harus kerja sama satu sama yang lain baru menghasilkan manfaat yang tanjam. Unsur pertama adalah suhut dengan saudara lelaki disebut dongan sabutuha. Unsur kedua adalah saudara suhut yang perempuan dengan suaminya disebut boru, dan unsur yang ketiga saudara lelaki dari isteri suhut disebut hula-hula.

Ruma Ijuk Ruma Gorga

Ruma ijuk ruma gorga dalam arti harfiahnya adalah rumah beratap ijuk dan mempunyai gorga. Dalam penghidupan sehari hari artinya adakah nabisuk jala na malo marroha. Nabisuk artinya penuh bijaksana, na malo marroha artinya cerdik dan pandai serta diplomat.


Demikianlah kepada seorang yang telah mendapat pendidikan dan pengajaran pertama dari dalam rumah seperti yang di jelaskan dimuka, apabila seorang yang keluar dari rumah melalui tangga maka ia harus menjadi Ruma Ijuk, Ruma Gorga simbol dari Nabisuk jala Namalo Marroha. Ruma di Uhum Manotari di Adat yang artinya bahwa rumah itu adalah tempat belajar hukum atau aturan dan menjiwai adat dari Nilai Dalihan Natolu.


Seseorang yang dikatakan dewasa pada Batak Toba, apabila seseorang itu telah dapat bertanggung jawab atas aturan dan Adat Batak, penuh bijaksana, cerdik dan pandai serta bersifat diplomat.

Jenis Rumah Adat Batak

Jenis Rumah Batak Toba adalah gambaran masyarakat Batak Toba hidup bersama dalam satu kesatuan itu (Sitolumbea) dan adanya pengakuan kebebasan pribadi dalam arti rumah tangga yang tergambar pada Jabu sibaba Amporik. Satu hal yang menarik dari rumah batak toba ini adalah tidak mempergunakan paku sebagai pengikat atau pelekat. Pengikat dan pelekatnya hanya menggunakan tali dan rotan serta hansing hansing terdiri dari kayu keras berasal dari inti pohon enau atau tuas kayu juhar.

JABU SITOLUMBEA

Pintunya dari bawah bagian tengah sebelah muka. Untuk memasuki rumah, kepala lebih dahulu masuk berada didalam rumah baru bagian kaki. Dapat dikatakan untuk masuk ke rumah batak toba adalah dengan naik tangga lalu menyuruk dari bawah baru masuk keatas kedalam rumah.

Apa maksud model rumah demikian ? masih belum diteliti. Apakah hal itu bermakna agar seseorang berkomunikasi dengan seseorang lebih dahulu dengan sopan santun melalui bagian kepala yaitu bagian kening-muka-telinga dan mulut baru bagian kaki, belum jelas sampai sekarang. Penghuni rumah ini adalah nasaripe keluarga basic batak toba yaitu Parjabu Bona- Parjabu Suhut- Parjabu Soding- Parjabu Tamparpiring. Ditengah tengahnya terdapat Dapur dengan kelengkapannya dan sarana tempat pemujaan terhadap Mulajadi Nabolon dan leluhur mereka.


Jenis Jabu Sitolumbea di Huta Bibiraek Kecamatan Laguboti

JABU SIBABA NI AMPORIK

Penguni rumah ini adalah anak laki laki yang baru berkeluarga dari nasaripe tersebut yang lebih senang berumah sendiri dengan pintu bagian rumah dari bagian tengah muka. Rumah ini agar tampak lebih anggun. Dan jabu sitolumbea tampaknya lebih kukuh.

Ada yang menyatakan rumah ini adalah untuk Raja, dalam arti bukan untuk penguasa melainkan untuk seorang yang penuh tanggung jawab. Karena rumah tersebut adalah bentuk keinginan berdiri sesuai keinginan kebebasan manusia yang dalam hal ini bahwa penghuni Sibaba ni Amporik tetap terikat dalam hubungan kekerabatan Batak Toba di dalam kemandiriannya itu.


Jenis Jabu Si Baba ni Amporik di Lumban Lobu Parik - Kec. Porsea


Pengertian jabu batak memiliki prinsip sesuai dengan fungsi kekerabatan. Dan setiap mendirikan jabu tersebut harus memperhatikan pintu masuk ke rumah dari muka bangunan. Dengan memperhatikan pintu masuk ke rumah maka dengan sendiriannya, bagian belakangsudut kanan tempat upacara menjadi jabu bona dan bagian belakang sudut kiri menjadi jabutampar piring dan bagian muka sudut kiri menjadi jabu suhut serta bagian muka sudut kanan menjadi jabu soding. Termasuk juga harus memperhatikan bagaian telaga dan halangulu.



Huta Batak dalam hubungannya dengan Dalihan Natolu

Kampung atau perkampungan itu adalah tempat tinggal manusia. Tempat tinggal manusia yang terikat dengan wilayah daerah dalam bentuk pemerintahan kecil disebut desa. Maksud huta dalam hal ini adalah tempat tinggal manusia Batak Toba dalam hubungan nya dengan Dalihan Na Tolu dalam perkembangan Batak Toba.

Orang batak yang mengaku dirinya Bangsa Batak pada saat dulu itu tergambar dalam bentuk Huta, yang menjadi wujud bentuk budaya dan adat Batak Toba. Hal tersebut sekaligus menggambarkan nilai budaya yang diciptakan nenek moyang dari Batak dan menjadi sumber adat saat ini.


Rumah yang pertama sekali dibangun adalah Rumah Batak Sitolumbea yang di huni keluarga dasar. Dengan memperhatikan berdirinya tempat tinggal tersebut yang disebut huta dan membandingkan cara cara penataan dalam kehidupan sosial yang berasal dari Rumah Batak Sitolumbea keluarga dasar antara kaitan tempat tinggal yang disebut kampung dengan tata cara mengatur perikehidupan seisi kampung, keseluruhan nya tersirat dalam pengertian huta.

Dalam sebuah huta didalam porlak huta juga terdapat bona ni pinasa. Pengertian Bona ni pasogit dengan bona ni pinasa menjadi tidak dapat dibedakan yaitu bona pasogit bersumber dari kampung halaman dan sama sama mengandung arti tanah air. Di dalam kampung pada umumnya sebelah kanan gerbang di tanam pohon beringin.




Dibawah pohon beringin tersebut ditata sedemikian rupa menjadi tempat duduk, baik dari batu maupun dari tunggul kayu menjadi tempat bersidang penghuni huta yang tempat itu dinamakan Partungkoan.

Dalam sebuah huta terdapat

v Rumah Bolon

v Sopo

v Partungkoan dari pohon beringin

v Bona ni Pinasa yaitu Pohon Nangka

v Losung yaitu tempat menumbuk padi seisi kampung

v Parik ni huta dari Pohon Bambu

v Harbangan, yaitu gerbang pintu masuk ke huta

v Harbangan Pudi, yaitu gerbang masuk keluar dengan tangga untuk seisi kampung saja

v Porlak, yaitu pekarangan masing masing penghuni

v Pargadongan, yaitu perladangan untuk seisi kampung

v Parhaumaan, yaitu sawah seisi kampung

v Parlape-lapean balian ni huta, tempat beristirahat.

ASAL USUL SUKU BATAK

Suku batak adalah salah satu suku bangsa Indonesia, penduduk tertua yang mendiami Sumatera utara dengan wilayah kebudayaan Pakpak Dairi, Tanah Karo, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli tengah dan Tapanuli Selatan terdiri dari enam sub suku yaitu

  • Pakpak Dairi
  • Karo
  • Simalungun
  • Toba
  • Angkola/Sipirok
  • Mandailing



Suku batak adalah termasuk suku Batak Melayu yang berdasarkan teori umum berasal dari Hindia Belakang menyebar ke Nusantara satu rumpun dengan Suku Gayo, Alas, Suku Komering, Suku Lampung, Suku Bugis, dan Suku Batac di Philipina dari rumpun Bontok.

Berdasarkan Buku DALIHAN NATOLU NILAI BUDAYA SUKU BATAK, karangan Drs.DJ. Gultom Rajamarpodang, bahwa dikatakan Suku Batak tersebut berasal dari Timur Tengah yang hijrah ke arah Timur melalui Selatan Persia dan Sempat mendirikan Kerajaan Bhadaga di India Selatan. Karena serbuan Bangsa Arya dari Utara Suku Batak itu meninggalkanIndia Selatan dan ke arah Barat sampai di Madagaskar dan ke arah Timur memasuki Hidia Belakang dan ada pula yang sampai di Pulau Morsa, mendirikan Kerajaan Bhataka, sepanjang Pulau Sumatera, yang lainnya menyusur ke Utara dan menjadi Suku Bugis dan Batac di Philipina.

Suku Batak artinya suku murni atau Suku Asli, telah menganut kepercayaan berKetuhanan Yang Maha Esa yaitu Debata Mulajadi Nabolon dengan wujud pancaran kuasanya Debata Na Tolu yaitu :

· Debata Batara Guru

· Debata Sorisohaliapan

· Debata Balabulan

Merupakan hahomion, habonaran dan hagogoan dari Mulajadi Nabolon.

Berdasarkan Mithologi Siboru Deakparujar sejak perpindahan rumpun Suku Batak ini dari Timur Tengah, sejak Siraja Ihat Manisia sampai dengan Raja Sumahang Doha telah mencapai 87 pemerintahan dimana terakhir ini di taklukkan Rayendra Cola III dari India Selatan tahun 1029. Raja dengan kedua putranya beserta keluarga mengundurkan diri dari pedalam ke Pusuk Buhit di tepi Danau Toba dan menamakan dirinya si Raja Batak serta mengclaim Harajaon Batak lanjutan Kerajaan Haru yang maritim. Inilah permulaan dynasti ke IV dengan nama Raja Buhit Lingga.

Siraja Batak berputera 2 orang yaitu Tateabulan dan Sumba. Tateabulan berputera 5 orang putera dan 4 orang puteri, sedangkan Sumba berputera 3 orang salah satunya adalah Tuan Sorimangaraja yang kawin dengan Siboru Biding Laut dan Siboru Anting Sabungan putri Tateabulan.

Sariburaja putra Tateabulan menimbulkan permasalahan dikalangan keluarga dengan mengawini saudaranya sendiri yaitu Siboru Pareme. Sariburaja dan siboru Pareme melarikan diri dan dari perkawinan mereka lahir Siraja Lontung. Saribu Raja tidak sempat bertemu lagi dengan Siboru Pareme, pergi mengembara dan kawin kembali. Dari perkawinan Sariburaja yang kedua ini melahirkan Siraja Borbor.


Pada mulanya tidak ada masalah antara Siraja Lontung dengan siraja Borbor. Setelah Siraja Borbor mengetahui masalah keluarga dan Siraja Lontung mengawini ibunya sendiri Siboru Pareme, maka Siraja Borbor memihak Limbong Maulana, Sagala Raja dan Malau Raja yang disebut Borbor Marsada bersama sama hendak menyingkirkan Siraja Lontung. Dalam perselisihan itu Tuan Sorimangaraja termasuk keluarga Tateabulan berusaha mendamaikannya.
SOPO GURU TATEA BULAN
KEC. SIANJUR MULA-MULA


Hasil pemufakatan untuk menyelesaikan masalah keluarga Tateabulan yang didasarkan pada kepercayaan Debata Na Tolu, akhirnya Dalihan Natolu itu menjadi ide vital menjadi sumber perilaku Batak Toba, baik dalam kehidupan spiritual maupun duniawi. Sekaligus merupakan prwujudtan moral masyarakat Batak Toba yaitu, manat mardongan tubu, somba marhula hula dan elek marboru.

Ulos Batak - Lestarikan makna dan fungsinya


Pakkeon ma ulos on, asa dilapiki sian ginjang
Disaongi sian toru
Unang ngalian
gabe jala mamora
mambuan goar nauli di luat portibion


Ragi idup na linggom

· Ragi idup si linggom, gorga ni badan antar songon na linggom

· Ragi idup si linggom ndang di pagais gais, jadi ingkon di pesan

· Ulos dipasahat tu anakhon na marpanggkat – na marhuaso; songon pangidoan asa boi marlinggom ( tempat berlindung) angka na ni gomgomanna. Jala suman do on pasahaton molo ro pejabat tinggi tu sada luat.


Mangiring

· Dipasahat tu dakdaknak na baru sorang manang tardidi, manan gabe ulos tali tali dohot sinampe-sampehon.

· Laho Pasahathon huhut marpangidoan : giring giring gostagosta , sai tibu ma hamu mangiring iring huhut mangompa ompa

Mangiring Pinursang

· Dipasahat molo adong na baru sohot, sian partuturon na marsisuharan (kacau), isarana : aturan hula hula gabe pamoruon

· Lao Pasahathon : rundut biur ni eme mambahen tu porngisna, masijaitan andor ni gadong mambahen tu ramosna ‘ artinya, biarlah partuturron jadi sedikit kacau kalau itu demi kebaikan

· Boi dipakke sitalihononhon manang di sampehon



Sirara (Ragi Hotang)

· Ulos ragi hotang huhut do digoari sirara jala molo tung mansai denggan didok m “potir si na gok”

· Pamakkena :

ü Ulos hela (pengantin) sian natoras

ü Ulos Holong tu pengantin sian na torop

ü Ulos tu na magodang (>= 12 Tahun)

ü Ulos saput tu naung sohot alai ndang mardakdaknak

ü Mangupa tu natua tua (malua sian parmarahan)

ü Mangompoi bagas;sian hula hula tu natua tua na so marpahompu dope

ü Mangokal holi sian hula hula

ü Ulos saput dohot tajung tu na sari matua

ü Hadangan ni hasuhuton naung mardakdaknak / marboru dohot naung marpahompu tikki arsak ni roha

· Umpasa na marhadomuan tu ulos on:

ü Hotang do ragian, hadang hadangan pansalongan; siahaan gabe sianggian, molo hurang sinaloan

ü Hotang binebe-bebe, hotang pinulos pulos; unang iba mandele, ai godang do tudos tudos

ü Tumbur ni pangkat tumbur ni ni hotang; tu si hamu mangalakka sai disi ma hamu dapotan parsaulian

ü Hotang hotari, hotang pulogos;gogo ma hamu mansari asa dao pogos

ü Hotang do bahen hirang, laho mandurung pora pora; sai dao ma nian hamu nasirang, alai lam balga ma holong ni roha

ü Hotang di para para, ijuk diparlabian, sai dao ma nasa mara, jala sai roma parsaulian.


Suri Suri / Togu Togu/ Lobulobu

· Ulos on mardomu do rambuna, jadi gabe hira mandar

· Dipangkehon ulos on di jabu, di pangke holan angka ina, asa tongam berengon

· Godang di baen gabe parompa

· Digoari lobu lobu, asa bongot(lobu) angka na denggan tu bagas ni na mamangke

· Molo adong sada borua mangompa ibotona huhut diendehon : ulos lobulobu marrambu ditonga tonga, tibu ma ho ito doli doli jala mambahen si las ni roha. Molo mangompa borua, didok : ulos lobu lobu marrambu di tonga tonga, sinok ma modom ho, anggi, suman tu boru ni namora

· Dilehon natorasna tu boruna molo leleng ndang mardakdaknak.

Sibolang

· Huhut di goari sibulang, ima na pinasahat tu sasahalak na adong marpahompu sian pambahenan na uli, isarana : ulubalang na patalu musu, na boi pamatehon nagogo ( binatang buas), boru namanghophop hula hulana.

· Ulos saput tu natua tua naso marpahompu, naung marpahompu sian anak manang holan sian boru, saput tu naung marpahompu sian anak songoni sian boru

· Molo dipasahat gabe ulos pansamot, namarlapatan nasumintahon asa natoras nihela gabe sada pangalu aluan ni anakhon, nagogo mansamot jala parpomparan sibulang bulangan dohot pandohan: marasar sihosari di tombak panggulangan, sai halak na gogoma hamu mansari jala parpomparan sibulang bulangan.

· Hadangon ni hasuhuton dohot si solhot di tingki na monding alai di luat na deba

Catatan :

ü Di sipaettua, ulos saput dohot ulos tanjung sian hula hula

ü Diluat na deba : ulos tanjung sian hula hula, ulos saput manang sian tulang ni namonding.


Sadum / Godang

· Ulos sadum manang Ulos godang di tonun di Angkola dohot di Tarutung / silindung

· Ulos on mansai uli, alai derajat na tong do ditoru ni Ragi Idup

· Pamangke na :

ü Ulos na marpangidoan asa godang pasu pasu

ü Ulos holong tu pengantin (somal di silindung)

ü Molo ulos holong tu pomparan ni na saur matua, unsuman dipasahat tu boru/bere

Pinussaan & Ragi Idup

· Sarupa do ulos pinussaan dohot ragi idup. Molo tonunan Toba didik ma Pinussaan alai molo tonunan Tarutung digoari Ragi Idup

· Ulos on marlapatan na mansai arga do ngolu jala mabiar tu hamatean. Ido umbahen gorgani ulos on patuduhon gombaran ni jolma na marhosa, ala ni arga ni ngolu, laos ido mambahen boi bilangan do halak batak mate maningkkot, nangpe ndang mabiar mate molo udan naso hasaongan. Jala halak batak mabiar pogos gabe di haringkothon ma gogo mansari dohot pasingkolahon ianakhonna. Didok : agia pe lapa lapa asal ditoru ni subuan agia pe marlalap asal ma di hangoluan, ai sai na boi do partalaga gabe parjujuon.

· Ragi Idup digoari raja ni Ulos, ala na ulos on ma na tumimbo pamangkena; jadi ndang sumbarangan pamakke na, maol di tonun jala mansai rundut.

· Pamangkena

ü Ulos pansamot tu natoras ni pangoli

ü Ulos pangomgom tu ompung ni pangoli

ü Ulos saput dohot ulos sampetua tu namarpahompu, sarimatua, saurmatua, maulibulung.

Sitolutoho/sitoluntuho

· Gorgana tolu : Mangombarhon dalihan natolu

· Dipasahat dohot tona: manat mardongan tubu(molo naeng sangap,manat mardongan tubu),somba marhula hula ( molo naeng ho gabe somba, somba maho marhula hula), elek marboru ( molo naeng ho mamora, elek ma ho marboru)


Bintang Maratur

· Ulos tu boru na paintehon haroan na uli ( 7 bulanan)

· Dipasahat dohot pandohan:

ü On ma Ulos maratur;siatur maranak, siatur marboru, siatur-hagabeon,siatur hamoraon

ü On ma ulos ni si boru Habonaran, Si Boru Deak Parujar, mula ni panggantion dohot parsorhaon, pargantang-pamonori, na so boi lobi na so boi hurang

· Dipangke : sitalihonon atau sinampe-sampehon


Bolean

· Bolean dipasahat marlapatan mangapuli roha ; membelai belai

· Dipasahat tu dakdaknak naso adong be natorasna, songon pangidoan asa tabah


TAMBAK - Bagian Cultural Budaya Batak Toba

Tambak adalah kuburan keluarga yang ditandai dengan pohon kayu diatas pusara pembentuk golat keluarga atau golat marga. Hanya marga sisuan bulu dan marga sisuan baringin yang boleh manambak. Orang lain dalam hal ini boru nagojong boleh pula membuat tambak karena kedudukan nya telah disamakan dengan sinuan baringin di golat marga itu.

Bagaimana syarat membuat tambak yang harus dipenuhi?

Gambaran tambak adalah nilai dari kesatuan dari turunan pembentuk golat marga atau golat keluarga. Siapa saja yang dapat dikubur di sekitar tambak? Orang lain pun boleh dikubur disekitar tambak dengan persetujuan pemilik tambak. Tambak itu adalah milik bersama keluarga yang tidak boleh di bagi dan dijual karena menyangkut prestise keluarga. Siapa saja yang merusak tambak itu merupakan penghinaan terhadap rumpun keluarga dan golat marga tersebut. Soal tambak di Toba Samosir adalah sensitif karena melambangkan harga diri dari pemilik tambak.



Tambak adalah gambaran kesatuan keluarga yang dapat diwarisi tetapi tidak dapat dibagi dan diberikan kepada orang lain, karena semua rumpun keluarga marga itu merasa berhak untuk itu walaupun itu berasal dari yang mewarisinya.



BATU HOBON - PUSUK BUHIT

Menurut cerita dan narasumber batu hobon adalah sebuah ruang batu yang sengaja di buat untuk menyimpan barang barang Tuan Sariburaja. Batu Hobon yang sampai sekrang masih dipercayai tempat penyimpananbarang pustaka Suku Batak. Tuan Saribu Raja anak kedua Guru Tatea Bulan adalah pewaris harta karena Raja Uti sebagai anak sulung adalah penghubung manusia dengan Mulajadi Nabolon, sudah menerjunkan diri pada bidang spiritual. Dengan demikian harta si Raja Batak diwariskan kepada Guru Tatea Bulan dan selanjutnya diwarisi Tuan Sariburaja.

Inilah Barang Pusaka Batak yang terdiri dari :

  1. Seperangkat Musik Tradisional (Ogung sabangunan dan musik tradisional lainnya).
  2. Hujur Somba Baho (tombak)
  3. Piso Solam Debata (pedang)
  4. Pagar (Satu guci berisi obat-obatan)
  5. Tawar (bahan penyembuh penyakit)
  6. Pungga Haomasan ( Batu gosokan dari emas)






Untuk membuktikan kebenaran cerita rakyat tersebut tentang Batu Hobon tersebut, telah dicoba membuka batu tersebut, baik di zaman penjajahan Belanda maupun pada zaman kemerdekaan sampai saat ini belum dapat dibuka. Ada keengganan orang Batak untuk membuka batu hobon itu terutama dari turunan Tuan Sariburaja. Hal itu terjadi adalah akibat satu amanah dari mulut ke mulut yang berbunyi :

Batu Hobon, paningka ni Sariburaja, Ditano Sibungbung Ruma, Holang holangni Limbong dohot Sagala. Naso jadi bungkaon ni angka pinomparna, So jolo marsungkun na maranggi-marhaha,

yang artinya bahwa Batu Hobon tidak boleh dibuka oleh turunan Tuan Sariburaja, sebelum diadakan musyawarah untuk memperoleh kata sepakat oleh sesama saudara.

Upacara Ritual Parmalim - Laguboti - Toba Samosir

Marari Sabtu,

yaitu pada setiap hari Sabtu atau Samisara seluruh umat Parmalim berkumpul di tempat yang sudah yang sudah ditentukan baik si Bale Partonggoan, Bale Pasogit di pusat maupun di rumah parsantian di cabang/daerah untuk melakukan sembah dan puji kepada Mulajadi Nabolon dan pada kesempatan itu para anggota diberi poda atau bimbingan agar lebih tekun berprilaku menghayati Ugamonya.

Martutuaek,

yaitu upacara yang dilakukan dirumah umat yang mendapat karunia kelahiran seorang anak, atau pemberian nama kepada anak. Anak yang baru lahir sebelum dibawa berpergian kemana mana harus lebih dahulu diperkenalkan dengan bumi terutama air untuk membersihkan dan ini dilaksanakan untuk membawa anak tersebut ke umbul mata air disertai bara api tempat membakar dupa. Kemudian baru dibawa ke dunia baru yaitu pasar dan diberi buah buahan manis perlambang hari kedepan yang makin manis. Setelah dirumah dilanjutkan lagi dengan upacara, bergantung kepada kemampuan keluarga tersebut. Pada saat pulang dari pasar tadi,siapa saja diinginkan oleh keluarga si anak meminta buah buahan bawaan si anak tadi sebagai perlambang bahwa si anak kelak akan bersifat maduma.

Mardebata,

Yaitu upacara yang sifatnya individual dimana seorang melaksanakan upacara sendiri tanpa melibatkan orang lain. Ritus ini sendiri mempunyai tujuan ganda yaitu meminta keampunan dosa atau menebus dosa dan syukuran. Seseorang yang merasa menyimpang dari aturan patik perlu menyelenggarakan pardebataon sebagai sarana untuk menebus dosanya. Bagi orang lain pardebataon itu mungkin pula untuk mewujudkan kaulnya. Jika upacaranya dibuat besar besaran misalnya untuk mewujudkan niatnya harus dengan menyajikan sesaji secukupnya dan boleh juga dihantar gendang sabangunan serta di atur oleh tata upacara resmi sesuai dengan tata upacara dari Ihutan atau dari Uluan.

Pasahat Tondi

Upacara kematian dibagi dalam dua tahap. Pertama adalah pengurusan jenazah menjelang pemakaman, kedua adalah pasahat tondi. Pemberangkatan jenazah dipimpin oleh Ihutan atau Ulupunguan dengan upacara doa “Borhat ma ho tu habangsa panjadianmu”

Setelah pemakaman,dilanjutkan dengan upacara pasahat tondi yaitu upacara mengantar roh dalam arti harfiah. Tuhan menciptakan manusia atas dua bagian yaitu badan dan roh (pamatang dohot tondi). Apabila badan mati, roh tidak ikut mati, Ia kembali kepada penciptanya, sesuai dengan pandangan Ketuhanan Parmalim, bahwa :”ngolu dohot hamatean huaso ni Debata”.

Mangan Napaet

Adalah upacara atau berpuasa untuk menebus dosa dilaksanakan selama 24 jam penuh pada setiap penghujung tahun kalender Batak yaitu pada ari hurung bulan hurung. Upacara ini bersifat umum dilaksanakan di setiap cabang. Perangkat dasar upacara ini selain pangurason dan pardupaon yang terpenting ialah mangan napaet, diramu dari beberapa jenis buah dan daun yang pahit seperti daun pepaya, buah ingkir,babal,cabe rawit, jeruk bali muda dan garam.

Mangan napaet merupakan pengabdian warga parmalim kepada Raja Nasiakbagi yang menderita untuk manusia. Selain itu merupakan simbol dari kehidupan yang pahit kepada kehidupan yang manis. Dan juga arti mangan napaet akan di akhiri dengan mangan natonggidan inilah permulaan hidup perilaku baru untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari. Setelah mangan napaet maka dilaksanakan pula upacara persembahan kambing putih kepada Mulajadi Nabolon.

Upacara Sipaha Sada

Adalah merupakan upacara yang paling hikmat dan mengandung nilai religius yang paling dalam, bagi umat Parmalim. Pelaksanaan upacara ini disambut gembira karena sehari sebelumnya Parmalim baru saja selesai mengadakan upacara mangan napaet yaitu suatu acara pembebasan manusia dari dosa. Upacara sipaha sada adalah penyambutan datangnya tahun baru Ugamo Malim atau acara pergantian tahun sekaligus dinamakan Tahun Baru Batak.

Hari pertama sipaha Sada disebut artia. Pada hari itu ugamo Parmalim berada pada suasana hening atau disebut robu. Ini merupakan hari perenungan akan perjalanan hidup diri sendiri atau katakan saja dengan dialog batin. Dan hari berikutnya dinamai Suma. Pada hari itu diperingati hari lahir Simarimbulubosi. Upacara dipusatkan di Bale Pasogit. Upacara ini melakukan sesajen juga kepada Mulajadi Nabolon termasuk ketiga wujud pancaran kuasa yaitu Batara guru, Debata Sori dan Debata Balabulan, seterusnya kepada Raja Nasiakbagi dihantarkan asap dupa, dengan bunyi gendang sabangunan.

Upacara Sipaha Lima

Yaitu upacara yang dilakukan pada bulan kalender Batak untuk menyampaikan pujipujian kepada Mulajadi Nabolon termasuk kepada wujud Pancaran Kuasanya Batara guru, Debata Sori dan Debata Balabulan, seterusnya kepada Raja Nasiakbagi, karena atas berkatnya semuanya memperoleh rahmat,sehat jasmani dan rohani. Upacara ini disebut upacara kurban, karena sesaji yang di persembahkan adalah kurban berupa kerbau atau lembu.

Sebenarnya upacara ini berpangkal dari persembahan hasil penuaian pertama kira kira dua liter atau patunoma dari panen kepada Mulajadi Nabolon. Upacara dilakukan besar besaran oleh semua umat parmalim yang datang dari segala penjuru tanah air dan ditampung di Bale Pangaminan. Sajian pertama kepada Mulajadi Nabolon diantar dengan asap dupa, dengan bunyi gendang sabangunan.

Upacara sipaha Lima diselenggarakan pada hari ke 12 – 13 dan 14 menjelang bulan purnama. Hari tersebut dinamakan Boraspati, singkora,dan Samisara berkisar antara bulan Juli – Agustus pada bulan Masehi. Upacara diadakan penuh khidmat tanda syukur kepada Mulajadi Nabolon agar diberi keselamatan dan kesejahteraan pada hari hari berikutnya.










Agama Malim Huta Tinggi-Laguboti Toba Samosir

Dalam hal ugamo malim dalam hal pengikutnya parmalim bahwa Mulajadi Nabolon dalam wujud kuasa Debata Bataraguru menjelmakan Roh-Nya dalam bentuk keilahian pada jasad, simarimbulu bosi yang membimbing manusia dalam bentuk pemerintahan dengan hukumkerajaan. Inilah yang menjadi asal mula kerajaan dan pemerintahan di tanah Batak. Kuasakerajaan ini kemudian diturunkan kepada Siraja Batak dan seterusnya kepada Raja Sisingamangaraja I sampai dengan XII.

Mulajadi Nabolon dalam perwujutan pancaran kuasa Debata Sorisohaliapan melalui Roh-Nya menurunkan kuasa kesucian (timbangan hamalimon) kepada Patuan Raja Malim asal mula pimpinan habonaran-hamalimon di Tanah Batak. Hukum kesucian ini kemudian diturunkan kepada Raja Uti, yang menurut kepercayaan Batak Tua dianggap nabi dan tidak pernah mati.


Disamping itu masih ada lagi tempat untuk menyembelih hewan kurban yang hendak dipersembahkan. Jika pusat Ugamo Malim dipimpin oleh Ihutan maka daerah daerah atau sering disebut cabang ugamo Malim dipimpin oleh Uluan dan tempat peribadatan untuk itu disebut Ruma Parsantian.

Sampai tahun 1987 pengikut Ugamo Malim sekitar 660 rumah tangga sekitar 6000 jiwa. Sumber ajaran tersebut adalah saat awal Mulajadi Nabolon kembali ke banua ginjang bersama Siraja Odapodap dengan Siboru Deak Parujar setelah merestui dan memberkati Siraja Ihatmanisia dengan Siboru Ihatmanisia dengan sabdanya :”Jika kamu penghuni Banua Tonga hendak berhubungan dengan Aku dengan penghuni Banua Ginjang harus dengan sesajen yang suci dan bersih”.

Sudah kuberikan dua hata kepadamu, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dan dirimu sendiri harus bersih dari najis. Bersumber dari ajaran tersebut Parmalim memberikan pelean atau sesajen suci dengan dihantar asap dupa dan air suci serta bersih tidak boleh makan daging babi dan anjing serta darah dan bangkai.


Raja Mulia Naipospos

Ugamo Malim adalah agama Batak Tua dan pengikut nya disebut Parmalim. Pada zaman raja-raja Sisingamangaraja I sampai dengan XII Ugamo Malim langsung dipimpin Raja Sisingamangaraja. Setelah raja Sisingamangaraja XII wafat, Raja Mulia Naipospos nuhi amanah Raja Sisingamangaraja XII untuk memimpin ugamo Malim sebagai peminpin spiritual. Amanah tersebut benar benar di jungjung tinggi oleh Raja Mulia Naipospos dan menempatkan pusat kegiatan di Huta Tinggi Laguboti Toba Samosir.

Setelah Raja Naipospos wafat, pimpinan Ugamo Malim, pimpinan ugamo Malim dilaksanakan puteranya Raja Ungkap Naipospos dan kemudian digantikan anaknya Raja Marnangkok Naipospos setelah ayahnya meninggal tahun 1981. Pucuk pimpinan ugamo Malim disebut ihutan berpusat di Huta Tinggi Laguboti. Ihutan memimpin umatnya dalam upacara upacara di Bale Pasogit atau Bale Partonggoan dimana adalah pusat peribadatan Ugamo Malim. Bale Pasogit ini dilengkapi dengan Bale Parpitaan dan Bale Pangaminan.

Selanjutnya Hukum Kesucian ini diturunkan dan diteruskan kepada Raja Sisingamangaraja. Itulah sebabnya berdasarkan kepercayaan Batak Tua bahwa Raja Sisingamangaraja bukan hanya pimpinan duniawi(sekuler) tetapi juga merupakanpimpinan adat dan pimpinan spiritual.

Selanjutnya menurut kepercayaan Parmalim dan Ugamo pengikut Malim setelah Raja Sisingamangaraja XII wafat (secara jasad) karena kasih Mulajadi Nabolon menjelmakan Roh-Nya pada Raja Nasiak bagi yang sebenarnya adalah roh Raja Sisingamangaraja XII sendiri.

Raja ini bertugas menata, membimbing umatnya Parmalim memasuki Rumah kesucian Tuhan. Hingga saat ini Raja Nasiak bagi tetap berada dan menjadi jungjungan Ugamo Malim.

Perihal Raja Nasiak bagi mempunyai dua belas wujud sebutan yaitu:

1. Raja Tubu

2. Raja sitautau

3. Raja tumurut adat

4. Raja panjalahi

5. Raja pangoloi

6. Raja panghophop

7. Patuan Raja Malim

8. Raja Tumurut Uhum

9. Raja shinta Mardongan

10. Raja Pandiori

11. Raja Sioloan

12. Raja Nasiakbagi



Bale Parpitaan adalah tempat untuk mengugamohon atau tempat untuk meniatkan sajian yang hendak dipersembahkan oleh Ihutan, sedang Bale Pangaminan adalah untuk tempat perkumpulan para umat Ugamo Malim dan dapat di tempati menjadi tempat tinggal selama menunaikan upacara upacara.





javascript:void(0)