Katakan saja pada hati nurani mu, ahu siraja sonang, dengan mendengar alunan melodi kecapi dan seruling, dengan malam senja yang kau hiasi dengan pribadi yang tersenyum. Hempaskan dunia dengan suara keras mu, ingatkan dirimu tentang perjalanan yang masih pandang di depan matamu. Bahwa aku adalah seorang yang optimis menjadi orang yang berpengaruh sejagat raya.
Ahu si Raja sonang, yang tidak kenal duka, namun tetap memberi kasih ‘holong’ yang tak ternilai kepada sesama. Saling memberi dan lebih memberi. Di kala mengingat yang menderita, katakan saja ahu si raja sonang yang tidak dipengaruhi oleh paradigma negatifmu yang hanya mengeluh tentang ketidakadilan dunia.
Gelap adalah milikmu, terang adalah sukacita mu. Yang semuanya itu membuat kita bahagia. Di kala kamu mengeluh, apa itu tentang history cintamu, tentang studimu, tentang kehidupan lamamu, maka sekarang untuk mengarahkannya kepada sudut pandang yang positif. Bahwa dunia yang sangat kecil ini, gampang untuk melemparkannya kepada tempat sampah. Karena itu, kerahkan dunia untuk tidak takut kepadanya.
Pernahkah kamu melihat betapa kecilnya dunia jika nampak dari kejauhan ? misal kamu melihat bumi dari pesawat penerbangan?
Sangat kecil bukan, bahkan bisa kamu genggam, dengan tangan pribadi kita sendiri. Kita menggenggamnya untuk kita arahkan sendiri, bahwa kontrol kendali bumi itu ada pada tangan kita masing”. Dari sana saya dapat berasumsi, bahwa bumi itu ada dalam genggaman tangan kita sendiri. Maka dari itu pesannya adalah, jangan takut kepada dunia, jangan merasa sempit dengan sejumlah hukum dunia yang di buat oleh manusia yang hanya secuil sesaat saja. Katakan saja Ahu si Raja Sonang.
au ratu sonang
BalasHapushehehhee